SAMPANG – Berjarak kurang lebih 40 Kilometer dari Kota Sampang, tepatnya di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura, terdapat obyek wisata Hutan Kera Nepa.
Wisatawan akan disuguhkan pemandangan alam sekitar pantai dan lautan lepas, melihat matahari terbit, menyusuri sungai dan hutan cagar alam seluas 1 hektare dengan perahu nelayan untuk melihat pemandangan hutan mangrove dan melihat satwa kera pada habitatnya.
Keunikan lain yang bisa dilihat dan dibuktikan para wisatawan adalah perilaku kera di kawasan hutan yang jinak. Disana wisatawan bisa memberi makan jagung tua mentah dan kacang kepada kera-kera yang ramah.
Menurut mitos dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sekitar, hutan ini merupakan tempat berpijaknya manusia yang pertama kali membabat alas pulau madura bernama Bindoro Gong. Ia merupakan pendatang yang mendirikan kerajaan pertama kali di Madura dan mewariskan kerajaannya kepada putranya bernama Raden Segoro yang dimakamkan di tengah hutan dengan penanda atau nisan berupa kayu.
Karena Raden Segoro tidak mempunyai ahli waris maka sebelum meninggal dia menunjuk seorang pemimpin untuk menggantikannya. Merasa tidak puas dengan pemimpin yang baru, maka kedua kelompok rakyat pun sering bertikai.
Melihat kejadian itu, Raden Praseno bersedih dan akhirnya beliau membagi wilayah tersebut menjadi dua bagian, namun mereka masih bertikai dan pada akhirnya membuat dewata marah dan mengutuk mereka menjadi monyet dan memberi penanda diantara batas wilayah tersebut dengan patok kayu dan barang siapa melanggar akan mendapat kutukan bertubi-tubi kecuali yang melanggar untuk saling memberi pertolongan dan pengobatan pada kera yang sakit dan akan melahirkan.
Toyib, warga setempat mengatakan, di obyek wisata Hutan Kera Nepa para pengunjung bisa melihat tingkah laku kera. Karena itu, demi menjaga kenyamanan para pengunjung, setiap seminggu sekali warga sekitar membersihkan sampah yang ada di dalam hutan.
“Biasanya yang banyak pengunjung itu kalau pada waktu liburan Hari Raya Idul Fitri dan hari minggu. Ada juga yang dari luar negeri,” tuturnya.
Rafi Saputra, seorang pengunjung yang berhasil ditemui taberita.com mengaku sering datang ke obyek wisata tersebut untuk menikmati keindahan alam.
“Ya untuk mengurangi beban mas setelah ujian nasional,” katanya.
Sementara, Kabid Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang AG Wadud menjelaskan pada tahun 2018 pembangunan infrastruktur di Hutan Kera Nepa itu menjadi prioritas pemerintah daerah setempat.
Menurutnya pada tahun ini pemerintah daerah mengalokasi dana kurang lebih Rp 190 juta untuk pemasangan paving di jalan setapak dalam hutan.
“Sesuai arahan kepala dinas kami akan melanjutkan pemasangan paving tahun ini,” ungkapnya.
Ia mengakui akses jalan menuju obyek wisata itu belum memadai, sebab sampai saat ini pengunjung harus melalui permukiman warga untuk sampai ke lokasi tersebut. Dari itu pihaknya berharap pihak pemerintah maupun warga setempat harus membantu meningkatkan lokasi wisata itu.
Terdengar suara ombak dan kicauan burung menambah kedamaian di Hutan Kera Nepa. Bagi para pengunjung cukup membayar uang parkir sebesar Rp 3.000 untuk roda dua dan Rp 10.000 khusus roda empat untuk bisa menikmati keindahan panorama Hutan Kera Nepa. (Ip/Aw)