JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menyoroti beberapa daerah yang angka inflasinya masih di atas rata-rata nasional, yakni sebesar 4 persen. Hal itu disampaikannya saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja, Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
“Ada beberapa daerah yang memerlukan atensi supaya dapat dikendalikan karena di atas nasional,” ujar Tito dalam keterangan tertulis.
Tito pun memaparkan beberapa daerah yang inflasinya masih di atas rerata nasional. Pada tingkat provinsi, inflasi yang masih di atas rata-rata adalah Maluku dengan angka 5,06 persen. Sedangkan di tingkat kota, inflasi yang ada di atas-rata adalah Ternate 5,71 persen, dan di tingkat kabupaten, yakni Sumenep 5,44 persen.
Kendati demikian, Tito mengapresiasi sejumlah daerah yang berhasil mengendalikan inflasi hingga di bawah rata-rata nasional. Daerah tersebut, di antaranya adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 2,41 persen, Kota Tanjungpinang 2,3 persen, dan Kabupaten Indragiri Hilir 2,51 persen.
Tito melanjutkan komoditas yang harganya masih dominan naik di beberapa daerah, yakni daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih. Menurutnya, sebagai negara produsen, dirinya menoleransi kenaikan harga yang tidak signifikan agar kesejahteraan petani dan peternak terjaga. Namun, yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga yang terlalu tinggi dan berlangsung secara terus-menerus.
“Kalau kenaikan dalam harga yang masih dapat ditolerir mungkin masih bisa kita kendalikan, dan tidak memberatkan masyarakat,” terangnya, Senin (12/6/2023).
Lebih lanjut, Tito menjelaskan dari bulan Juli 2022 hingga Mei 2023 laju inflasi di Indonesia terus terkendali. Meski sempat berada di angka 6 persen, laju inflasi berhasil menurun secara bertahap hingga saat ini mencapai 4 persen yang merupakan angka terendah sejak Juli 2022. Hal itu berkat kerja keras bersama, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder terkait.
“Sekali lagi fakta ini menunjukkan bahwa apa-apa yang kita lakukan itu sudah on the right track dan kita tinggal perlu konsistensi dan jangan bosan,” jelasnya.
Meski demikian, Tito menilai agar semua pihak tidak cepat berpuas diri meski laju inflasi dalam negeri terus menurun hingga 4 persen. Sebab, angka tersebut masih belum mencapai target yang diharapkan yakni sekitar 3 persen.
“Kita terus berusaha tapi angkanya harus turun sekali lagi tidak jatuh tapi bertahap,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Tito juga mengungkapkan kondisi perekonomian di sejumlah negara yang patut diwaspadai. Hal itu dikarenakan beberapa negara di Eropa tengah mengalami resesi.
Tito mengatakan kondisi itu membuat pertumbuhan ekonomi melemah sehingga daya beli masyarakat berkurang dan berdampak terhadap tingkat produksi. Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena bisa berpengaruh terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
“Karena Eropa negara yang berpengaruh baik secara regional maupun internasional ini dapat berpengaruh juga kepada negara-negara lain termasuk negara kita, meskipun pertumbuhan ekonomi kita sangat bagus sekali, salah satu yang tertinggi, 5,3 persen,” tandas Tito. (red)