BANGKALAN – Pemerintah resmi membebaskan tarif Jembatan Suramadu mulai hari Sabtu, (27/10) lalu. Pembebasan tarif tol untuk Jembatan Suramadu dilakukan oleh Presiden Jokowi. Ia beralasan keputusan tersebut demi mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Madura.
Jokowi menjelaskan keputusan demikian sekaligus menjawab permintaan dari tokoh masyarakat, pemuka agama, dan Ikatan Keluarga Madura (IKAMA) agar jembatan Suramadu bebas tarif.
“Oleh sebab itu, dari usulan dan desakan tokoh agama, tokoh ulama, tokoh masyarakat, kiai, IKAMA, para bupati, maka pada hari ini saya putuskan jembatan tol Suramadu akan jadi jembatan non-tol biasa,” kata Jokowi, Sabtu (27/10).
Jokowi memaparkan, ukuran kemajuan pembangunan, Madura perlu berbenah. Persentase angka kemiskinan masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan. Ketiga kabupaten tersebut, angka kemiskinan rata-rata sudah 4 – 6,7 persen. Sementara di Madura masih mencapai di atas 16 – 23 persen.
Keputusan menggratiskan Jembatan Suramadu oleh pemerintah disambut simalakama oleh masyarakat. Direktur Ekskutif Sosial-Ekonomi Sunawar menyampaikan, penghapusan tarif tol itu akan berdampak positif bagi sektor-sektor lain, terutama dalam hal pengurangan biaya transportasi dan distribusi. Bagi dia dan pengguna Jembatan Suramadu, kebijakan itu sudah sangat tepat diambil oleh pemerintah, yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.
“Jadi kontribusinya, efeknya kan efek domino. Efek domino mulai dari ongkos perjalanan, dampaknya kepada nilai sebuah barang atau kebutuhan, termasuk kebutuhan pokok masyarakat dan lain sebagainya kan menjadi mengecil. Ongkosnya tidak banyak. Artinya, dampak positifnya jauh lebih banyak ketimbang mudharatnya,” kata Alumnus Unej itu.
Sunawar mengungkapakan, sejak diresmikan pada 10 Juni 2009, keberadaan Jembatan Tol Suramadu diklaim belum menunjukkan perubahan bagi perekonomian masyarakat di Madura.
“Angka kemiskinan di Surabaya dan Sidoarjo tercatat berkisar 4 hingga 6,7 persen. sedangkan di Madura, angka kemiskinan mencapai 16 hingga 23 persen,” tutupnya. (Tia)