Pijar

Bagaimana Bekerja Atas Dasar Ilmu Di Dunia Pendidikan ?

1521522731-Image-Cont
1521522731-image-cont

Riset itu tak akan pernah lepas hubungannya dengan teori. Karena itu, banyak pandangan yang salah dan ambiguitas-ambiguitas di sekitar teori dan riset. Kesalahan dan ambiguitas itu terrefleksikan ketika menafsir makna dan tujuan riset. Riset ilmiyah akan selalu melakukan investigasi terhadap proposisi-proposisi hipotetik tentang hubungan-hubungan antar fenomena alamiyah. Semua itu dilakukan secara sistematik, terkontrol, empirik dan kritis. Riset selalu diarahkan oleh hipotesis, yang dikontrol secara empirik dengan cara mengkontraskannya dengan hasil-hasil observasi terhadap realitas, yang dibuat dengan cara yang terawasi dan disusun secara sistematik. Selanjutnya, hasil-hasil dari pengujian itu terbuka terhadap kritik dan analisis para peneliti lain. Atas dasar itu maka setiap hasil riset harus terus menerus dilakukan pengujian ulang untuk mendapat kritik baik dalam kerangka memperbaiki kesalahannya, mengembangkan kekurangannya ataupun menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih absah menurut hasil riset yang lebih baru.

Barangkali hasil-hasil riset itu sebagian tidak didukung oleh teori-teori dan asumsi-asumsi yang sehat, atau data-data yang memadai. Bila terjadi demikian tak perlu menyebabkan kita putus semangat. Sebab, pengetahuan kita akan selalu cacat dan tidak akan pernah selalu lengkap. Dan pengetahuan akan terus berkembang.

Bentuk dasar pengetahuan pada semua disiplin pada dasarnya serupa, terdiri dari konsep-konsep, generalisasi-generalisasi dan teori-teori, masing-masing tergantung pada salah satu yang disebut sebelumnya. Konsep senantiasa berkaitan dengan generalisasi yang selanjutnya membentuk sebuah satuan proposisi secara konsisten dan logis. Satuan itu memberikan sebuah penjelasan umum tentang sebuah fenomena (sebuah teori). Dengan demikian, teori secara empirik dicek dengan pengembangan dan pengujian hipotesis-hipotesis yang ditarik secara deduktif dari teori. Hasil riset kemudian menyajikan data untuk menerima, menolak, mereformulasi dan menyaring generalisasi-generalisasi dasar dari teori.

Selanjutnya, dengan dukungan dan fakta emperik yang berkesinambungan, generalisasi-generalisasi dikembangkan dalam bentuk prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) yang menjelaskan fenomena tersebut. Teori itu awal dan akhir dari pekerjaan riset ilmiyah. Di satu sisi, teori menempatkan diri sebagai dasar penyimpulan hipotesis untuk menguji proposisi-proposisi yang dapat diperiksa kebenarannya. Proposisi-proposisi yang dapat diperiksa itu adalah proposisi yang menjelaskan dan memprediksi fenomena empirik yang dapat diamati. Dan di sisi lain, sasaran puncak semua kerja keras ilmiyah adalah untuk mengembangkan secara substantif badan teori

Sebagian besar orang kita menganggap teori sebagai sesuatu yang tak berhubungan dengan praktek. Anggapan inilah yang justru memandulkan kemajuan ilmiyah yang kita harapkan di negeri kita, khususnya Sumenep. Teori itu selalu berhubungan secara langsung dengan praktek. Hubungan itu, sekurang-kurangnya terjadi dengan dengan tiga cara.

1. Teori membentuk bingkai rujukan (frame of reference) bagi para praktisi.
2. Proses teorisasi menyajikan sebuah model analisis yang bersifat umum tentang kejadian-kejadian praktis.
3. Teori memberi arahan dalam pembuatan keputusan.

Teori memberikan kepada para praktisi alat-alat analisis yang diperlukan dalam mempertajam dan memfokuskan analisis mereka tentang problem yang mereka hadapi. Teori melengkapi kita dengan peralatan yang dapat mengembangkan pemecahan-pemecahan alternatif terhadap masalah-masalah pragmatis. Hubungan teori praktek itu ke depan menggunakan konsep teoritisi untuk memberi label pada aspek-aspek penting dari sebuah masalah. Pendekatan ilmiyah adalah cara pikir tentang kejadian-kejadian baik bagi teoritisi maupun praktisi sama saja. Tentu saja pendekatan ilmiyah adalah sebuah perwujudan yang sarat dengan penyelidikan rasional, baik yang berkaitannya dengan fokusnya, analisis teoritisnya, cara pengembangannya, maupun pemecahan masalah. Tetapi tidak berarti tidak berkait dan berhubungan sama sekali dengan dunia praktek

Memang ada perbedaan antara cara kerja teoritisi, praktisi dan periset. Tetapi perbedaan itu hanya muncul dalam soal-soal pemberian penekanan. Teoritisi beroperasi pada sebuah tingkat abstraksi dan generalisasi yang lebih tinggi daripada peneliti yang hanya menguji hipotesis. Sebaliknya, praktisi beroperasi pada tataran abstraksi yang lebih rendah dari peneliti, yang demikian karena para praktisi lebih memperhatikan kejadian-kejadian dan soal-soal khusus yang terdapat dalam dunia prakteknya.

Exit mobile version