BeritaBudayaEntertainment

Festival Teramai dan Sukses “Mengevolusi” Konsep Daul Sampang

Daul Dug Dug Sampang
Bupati Sampang dan jajarannya serta Forkopimda Sampang mengapresiasi para seniman musik daul dengan bertahan hingga acara selese tengah malam saat pelepasan peserta terakhir, Selasa malam 11 Juni 2019. (Foto taberita.com)

SAMPANG – Dua malam Festival Musik Tradisional “Eksotika Pesisir” Daul Combo dan Daul Dug Dug sudah selese. Meski sempet dinyinyirin beberapa pihak dan aktivis medsos, acara itu rame dan sukses besar.

Bukan hanya berhasil dengan peserta yang banyak dan penonton yang ribuan tumplek-blek. Panitia Festival Music Daul tahun 2019 juga sukses “mengevolusi” pelaksanaannya. Tampak jelas banyak yang berubah. Pegelaran musik daul tahun ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Situasi ramainya Jl. Trunojoyo sampai Jl. Samsul Arifin penuh manusia saat pagelaran Daul Dug Dug Selasa malam 11 Juni 2019. (Foto taberita.com)

Gunawan, panitia Festival Musik Tradisional itu menyatakan ada beberapa perubahan drastis pagelaran daul tahun ini. Di antaranya terkait pemisahan waktu festival antara daul combo dengan daul dug dug. “Dari dulu pagelaran daul combo dan daul dug dug dijadikan satu. Sehingga ada performance yang tidak maksimal,” terangnya.

Evolusi kedua, tahun ini pagelaran daul mengandung nilai edukasi pada seniman. Yaitu dengan cara menilai karya grup daul. “Meski masih tanpa rangking, kami nilai penyaji terbaik. Supaya perhatian seniman daul tidak terlalu banyak tersita pada dekorasi daul dan mulai lebih memperhatikan konten musiknya,” paparnya.

Ke depan, sambungnya, daul Sampang diharapkan akan makin dewasa dengan makin banyak menguasai materi musik tradisional. Sehingga, kualitas musik daul combo dan daul dug dug yang asli Sampang itu semakin original dan nyata ciri khasnya.

Pria pengusaha kopi dan donat Maksideh itu mengungkapkan evolusi lain dari pagelaran musik daul yang berlangsung dua malam itu. Yaitu terkait rute. Kata dia, tahun ini rute pagelaran musik daul berubah 100 persen.

“Awalnya banyak yang ragu, takut tidak ada yang nonton. Tapi kita lihat sendiri dua malam ini. Semua ruas jalan yang jadi rute daul full manusia. Sampai-sampai grup daulnya nggak bisa jalan karena di depannya full manusia. Macet !!” katanya.

Musik Daul adalah Darah Daging Sampang

Menurut Gunawan, di mana pun pagelaran musik daul Sampang diadakan, penonton pasti berdatangan. Bukan hanya warga Sampang yang nonton tapi juga warga dari luar kabupaten.

Kenapa?? Karena musik daul adalah darah daging Sampang. “Dulu dikenal dengan Ol-Daol, sekarang sudah dikenal dengan Daul. Dan ini musik tradisional asli Sampang. Makanya anak kecil, remaja dan orang tua di Sampang semuanya suka musik daul,” tegasnya.

Sebagian panitia di garis start festival berpose bersama Bupati dan jajarannya serta Forkopimda Sampang usai melepas peserta terakhir. (Foto taberita.com)

Selain warga Sampang, warga kabupaten lain di Madura bahkan Jawa juga banyak yang mencintai musik daul. Dan yang perlu dicatat, musik daul Sampang adalah salah satu rujukan musik tradisional Madura. “Di Sampang ini meski pun diadakan pagelaran musik daul 3 hari 3 malam sekali pun insya Allah akan tetap rame. Musik daul Sampang ini magnet,” ungkapnya.

Jadi benar, lanjut Gunawan, apa yang disampaikan Bupati Sampang H. Slamet Junaidi soal musik daul. “Musik tradisional daul ini milik Sampang, satu-satunya di Madura. Kita harus bangga. Dan kalau ada perubahan-perubahan konsep untuk kualitas agar lebih baik, sebaiknya ikut dulu baru nanti dievaluasi. Jangan dinyinyirin dulu lah,” pungkasnya. (ano)

Exit mobile version