Atma (roh) di dalam diri manusia disebut jiwatman, yang menyebabkan manusia dan seluruh mahluk (Sarwa Prani) menjadi hidup. Atman disebut juga hidupnya hidup. Atman identik dengan Tuhan itu sendiri “Brahman Atman Aikyam” sehingga karakternya digambarkan sama. Ia bersifat sempurna, kekal, dan selalu berbahagia (anandam) yang merupakan roh semesta. Apabila atman terus menerus larut dalam kesenangan indriya yang makin lama makin mengikatnya dan terus mengikuti nafsu birahinya tanpa menyadari jati dirinya (Atma). Maka Ia akan terus berputar antara sorga dan neraka seperti cakra gilingan.
Untuk itulah, dalam tembang yang dilantunkan, Kyai Jonggol mengatakan bahwa sejatinya ngumbah keris itu tak lain adalah ajakan untuk membersihkan roh manusia. Agar roh manusia tidak terpenjara oleh belenggu duniawi. Sikap iri,dengki,serakah, dan sombong harus dibersihkan dari hati manusia. Kesenangan di dunia hanyalah bersifat sementara dan fatamorgana pembuat derita.Untuk itu Manusia haruslah bersih,harus merdeka lepas dari penderitaan akibat jeratan tipu dunia yang panjang dan menyesatkan. Caranya “ Keris” (roh/hati) harus selalu diumbah dan dibersihkan, salah satunya dengan jalan perbanyak dzikir dan lelaku spiritual lainnya.
Sampai di sini, Kyai Jonggol lalu mengajak semua yang hadir untuk memegang erat kerisnya dalam kondisi diam tanpa bicara. Menghadirkan hatinya, sampai ia merasa bahwa Allah senantiasa melihatnya dan ia sedang berada di depan-Nya. Memusatkan semua inderawi sekiranya tidak ada satu bulu rambut pun yang bergerak, seperti kondisi seekor kucing yang mau menerkam seekor tikus dan menghilangkan semua bisikan diri dan mengalirkan makna Allah, Allah pada hati.
Bersamaan dengan itu, ia menuntun para pemegang keris untuk mendzikirkan kalimah “La Ilaha Illallah” secara keras dan lembut. Di baca pelan dalam tujuh tekanan atau tujuh pernafasan sambil diresapi betul di setiap tekanannya. Agar energi semesta benar-benar bisa terasa kemudian mengalir melalui tubuh hingga ke tangan yang sedang erat memegang keris.
Rupanya tujuh tekanan dzikir itu sebagai pengganti dari kembang tujuh rupa yang biasanya direndam dalam air jamasan dalam ritual ngumbah keris. Sedangkan air yang dimaksud tidak lain adalah tubuh kita sendiri. Kita ketahui bersama, bahwa sekitar delapan puluh persen dalam tubuh manusia itu terdiri dari air. Bahkan ada bagian dari tubuh manusia yang memiliki kadar lebih dari itu yakni otak dan darah. Itulah mengapa banyak didengar kisah manusia tersambar petir dan tersengat listrik. Sebab, air yang didalam tubuh manusia merupakan penghantar energi listrik yang baik.
Saat mau mengakhiri acara ritual, Kyai Jonggol kembali mengeluarkan wejangan. Bahwa Pamor Keris yang sering dicari orang karena keindahan dan khasiatnya pada hakikatnya adalah perilaku dan akhlak manusia itu sendiri. Semakin mulia dan indah perilaku serta akhlak manusia maka akan semakin dicari dan disukai orang. Bersumber dari itulah pancaran aura/yoni/energi akan terang dan berkhasiat pengasih,kewibaan, pelindung dan penjaga keselamatan sebagaimana khasiat keris-keris yang ramai hendak dimandikan pada malam satu suro.
Selamat Ngumbah Keris, Selamat Satu Suro!
Oleh; Faisol Ramdhoni*
*Penulis adalah Penggiat Sosial Media, dan Ketua Lakpesdam NU Sampang.