Sejarah mencatat, pasukan Madura merupakan ujung tombak dalam Perang Trunajaya. Para panglima Madura berperan besar dalam berbagai operasi. Misal pada Pertempuran Gegodog, 13 Oktober 1676, formasi tempur terdiri dari pasukan Madura di bagian depan, disusul pasukan Makassar di bagian tengah, dan pasukan Mancanagara di bagian belakang. Lalu pada operasi Plered, Juni – Juli 1677, pasukan Madura bergerak dari dua arah, yakni kelompok utara dengan 50.000 orang, dan kelompok timur yang merupakan kekuatan induk dengan 100.000 orang.
Mobilisasi pasukan Madura serta peranannya di dalam keberhasilan di berbai operasi militer tersebut tentu tidak terlepas dari peran para panglima dan pimpinan pasukan Madura ini. Oleh karenanya, perlu diungkap peran para panglima dan pimpinan pasukan Madura ini, agar pembahasan Perang Trunajaya dapat dijabarkan secara lebih objektif, khususnya melalui pendekatan militer. Berikut ialah daftar para panglima dan pimpinan pasukan Madura dalam Perang Trunajaya:
(Diurut berdasarkan abjad)
ADIPATI WIRAMENGGALA
Asal : Madura (belum diketahui wilayah spesifiknya)
Kesatuan : Darat
Wilayah Operasi : Pasisir & Mataram
Beliau mendampingi Panembahan Maduretna saat menyeberang dari Madura ke Surabaya dan membuat pertahanan di kota pahlawan tersebut. Kemudian pasukan Adipati Wiramenggala bergerak serta beroperasi di Pasisir, dan menjadi kekuatan pendukung dengan kekuatan total pasukan sejumlah 50.000 orang saat ekspedisi ke Keraton Plered, pertengahan tahun 1677. Posisi beliau adalah panglima pasukan dari utara. Ada pun personel beliau berasal dari Madura, pasukan Bang Wetan, dan pasukan yang direkrut dari kota – kota Pasisir. Ketika berhasil mengambil alih Plered, Adipati Wiramenggala mendapat tugas untuk menduduki istana Pangeran Aria Panular.
ARIA SUPATRA
Asal : Madura (belum diketahui wilayah spesifiknya)
Kesatuan : Darat
Wilayah Operasi : Bang Wetan, Pasisir & Mataram
Bersama Adipati Wiramenggala, Aria Supatra merupakan pimpinan militer yang juga mendampingi Panembahan Maduretna saat menyeberang dari Madura ke Surabaya. Perbedaannya ialah, Adipati Wiramenggala langsung beroperasi di wilayah Pasisir, sedangkan Aria Supatra masih bergerak dan menduduki Kertosono, lalu merekrut pejuang dari Madiun dan Ponorogo. Setelah itu, barulah pasukan Aria Supatra bergabung di bawah komando Adipati Wiramenggala di Pasisir, yang kemudian juga turut bergerak sebagai pasukan pendukung dari utara dalam operasi Plered, pertengahan tahun 1677.