tutup
ght="300">
Berita

Skandal Permainan Rastra di Batumarmar Pamekasan

×

Skandal Permainan Rastra di Batumarmar Pamekasan

Sebarkan artikel ini
Img 20181201 Wa0003
IMG 20181201 WA0003

PAMEKASAN – Bantuan beras sejahtera (Rastra) di Pemakasan ditengarai belum dijalankan maksimal oleh kepala desa. Diduga Kades masih bertingkah seenaknya dalam menjalankan program tersebut.

Di kecamatan Batumarmar Pamekasan, pendistribusian rastra sangat alot. Relasi kades dengan kades lainnya tergolong kuat. Mereka saling berkompromi menutupi celah-celah pendistribusian rastra.

Anehnya, penjemputan rastra ke Bulog Tlanakan Pamekasan, sopir pengangkut bisa diajak kompromi. Mereka bisa berani menghantarkan rastra walaupun tidak dalam keadaan utuh.

Sopir pengangkut rastra ke sejumlah desa di Batumarmar, setelah lepas dari gudang Bulog, bisa diajak kompromi. Asal dia juga dapat bonus keuntungan berlipat.

“Terpotong mas, tidak nyampek secara utuh,” tutur sopir berinisial MJ. MJ sekali mengangkut rastra ke wilayah pantura bersama rekannya empat sampai lima orang.

Sekali mengangkut, rastra dijual ke toko tertentu. Beras yang dipotong bervariasi, ada yang menjual 20 – 30 kilo. Demikian dilakukan sesuai dengan kompromi kades. “Tapi ini dilakukan kadang-kadang pak, menyesuaikan kondisi,” beber dia, Sabtu (1/12).

Diduga Ada Dua Kades yang Menyelewengkan

Rastra di Batumarmar tidak hanya dipotong oleh oknum tidak bertanggung jawab. Namun kades setempat ikut mengalihkan pendistribusian rastra. Rastra tidak disalurkan meski jatah dari Gudang Bulog sudah terilis.

Baca juga  Membanggakan, Pelajar Asal Pamekasan Raih Juara Tingkat Asean

Pantauan taberita.com, sedikitnya ada dua kades yang diduga menyelundupkan. Masing-masing Kades Lesong Laok Sawawi dan Kades Bangsereh Suharyanto.

Motif permainan rastra dilakukan cukup unik. Suharyanto tidak mendistribusikan rastra pada bulan Juni-Juli. Padahal berdasarkan keterangan Perum Bulog, rastra Desa Bangsereh di bulan itu sudah cair. Hanya saja, rastra tidak diturunkan di Balai Desa Bangsereh, namun di Balai Desa Batu Bintang.

Pernyataan itu diperkuat dengan surat pengantar yang dibuat Pemerintah Desa Bangsereh yang ditandatangani kades. Surat itu disampaikan ke Perum Bulog, beralasan tempat rastra di Desa Bangsereh dalam tahap perbaikan.

Sementara Kades Sawawi mengendapkan rastra bulan Juli-Agustus. Di bulan itu, ia tidak mendistribusikan rastra kepada warganya. Surat sama juga ditunjukkan Perum Bulog bahwa di bulan itu sudah selesai didistribusikan.

Diakui KPM Rastra

Tidak sampainya rastra, dirasakan oleh keluarga penerima manfaat (KPM). Tokoh masyarakat Desa Bangsereh Mat Hari menyampaikan, tidak ada aktivitas pendistribusian rastra di bulan Juni-Juli.

Baca juga  Pengawas Pemilu Lapangan Harus Berani dan Netral

Bahkan, ia juga melacak terhadap KPM lain, ternyata nasibnya sama. Yakni rastra tidak sampai ke tangan KPM. Ia tidak mengetahui jelas kemana jalannya rastra di desanya, karena ia mengaku hanya mewakili rakyat biasa.

Biasanya, kata dia, rastra disalurkan per dua bulan sekali atau tiga bulan. Biasanya KPM dipanggil, kemudian didistribusikan.

Hal senada disampaikan warga Desa Lesong Laok, di bulan Juli-Agustus tidak ada rastra tersalurkan. “Tidak ada pak, biasanya ada,” dalih kakek yang enggan disebutkan namanya yang biasanya rutin menerima rastra.

Menurut dia, perolehan rastra tidak menentu. Terkadang dua bulan sekali bahkan tiga bulan. Hanya saja terkadang sampai berbulan-bulan lebih dari dua sampai tiga bulan.

Sayang, saat taberita.com mencoba menghubungi Kades Suharyanto dan Sawawi tidak berhasil memperoleh keterangan. Berdasarkan beberapa keterangan sejumlah LSM, kedua kades tersebut lebih terbiasa menutup diri. Terlebih diketahui memiliki sejumlah kasus program.

Kades Suharyanto ditelpon berkali-kali tidak diangkat. Namun dilansir dari berbagai sumber informasi, hanya Kades Sawawi yang membantah program rastranya tidak disalurkan. Ia berdalih bahwa warganya yang tidak menerima rastra tidak benar. (tia)