Dalam pendidikan, ini juga menyusup kesana yang mengakibatkan terjadinya keparahan komersialisasi pendidikan, yang kemudian pendidikan akhirnya hanya menjadi etalase dagangan ilmu pengetahuan.
Di dunia politik, berdemokrasi yang dipilih sebagai jalan bernegara. Ternyata telah menjelma menjadi pasar kapitalisasi kekuasaan. Demokrasi berperan serta membangun toko-toko besar perniagaan jabatan, tawar menawar otoritas, timbangan yang kita atur kemiringannya berdasarkan hasil transaksi materiil.
Seluruh perniagaan itu menghasilkan komoditas unggul hasil multi-transaksi keuangan. Komoditas itu kita perkenalkan sebagai pemimpin. Barang dagangan itu kita tanda tangani bernama pemimpin lokal, pemimpin regional dan pemimpin nasional. Dan dilelang melalui tayangan yang dinamai Pilbup, Pilgub dan Pilpres. Para pemimpin berbagai level itu juga tidak sudi hanya menjadi komoditas, karena mereka sendiri pedagang.
Bobot utama capaian demokrasi saat ini adalah kekuasaan yang dipertarungkan. Perangkat utama pertarungan itu adalah kekuatan modal, massa atau publik, dan nilai. Kemudian karena hilir persaingan politik adalah kemenangan dan kekuasaan, bukan kebenaran dan keadilan maka banyak output demokrasi yang sangat menyakitkan rakyat.
Rakyat pun jengah dengan tetek bengek demokrasi. Untuk menghibur diri, sering rakyat bercanda dengan bertanya, apa beda Pilkada dan Pil KB. Jika “pilkada kalau jadi akan lupa, Kalau Pil KB kalau lupa akan jadi”.