Pijar

Mengakui Kesalahan

Syarqawi-Dhofir
Syarqawi-Dhofir

Nabi Muhammad sendiri walaupun dikenal sebagai rasul yang mendapat jaminan bebas dari kekeliruan dan kesalahan (makshum) masih rajin memberikan pengakuan kesalahannya di hadapan Allah. Dalam pengakuan beliau disebutkan, “Saya mengakui kesalahan saya kepada Allah 100 kali setiap hari.” Selanjutnya beliau menegaskan, “Pintu pengakuan kesalahan tak pernah akan tertutup hingga matahari terbit dari barat.” Untuk memperoleh ampunan pintu pengakuan kesalahan terus dibuka oleh Allah untuk kita, “Siapa yang mengakui kesalahan sebelum sakaratul maut Allah akan menerima pengakuan itu”

Orang yang mengaku salah (bertaubat), kata Rasululah seperti orang yang tak punya dosa. Dan Allah menjadikan malaikat pencatat amal perbuatan manusia lupa pada dosa-dosa orang itu. Allah juga melupakan semua anggota badannnya untuk menjadi saksi perbuatan salahnya dan kelak akan menemui Allah tanpa ada satu saksi pun yang bisa memberi kesaksian atas kesalahannya. Sudah tentu pengakuan kesalahan harus disertai jaminan tidak mengulangi lagi perbuatan salah yang sama, bila tidak Rasulullah menamakan orang itu dengan “mustahzi’ ”, orang yang mempermainkan Allah, naudzu billah.

Selain jaminan tidak mengulangi, ada syarat lain yang harus dipenuhi agar pengakuan salah diterima Allah, yaitu penyesalan. Penyesalan dilakukan dengan dua cara: pertama merasa sedih atas perbuatan salah yang telah dilakukan. Kedua, bila kesalahan itu berhubungan dengan hak orang lain seperti merampas harta baik dengan cara korupsi, pencurian, penipuan dan lain-lain hendaknya hendaknya dilakukan dengan cara: 1. Memohon maaf lalu menggantinya bila mampu, 2. Meminta maaf lalu berjanji menggantinya bila punya pekerjaan yang diperkirakan mampu untuk menggantinya di masa yang akan datang, 3. Memintak maaf atas kejahatannya bila tak mampu dan siap menjalankan tugas apapun sebagai gantinya. 4. Menjelaskan kesalahannya bila yang dilalimi tidak mengetahuinya, tetapi bila dikhawatirkan orang itu bertambah marah bila tahu maka hendaknya ia memohon kepada Allah agar Allah merelakan dan mengampuninya. Demikian petunjuk Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim.

Korupsi dan kejahatan lain sulit dikurangi -apalagi dihabiskan- hanya dengan cara penegakan hukum, tetapi lebih dari itu perlu juga disertai dengan pendidikan taubat, sebuah pendidikan nurani yang rajin mengakui kesalahannya di depan Allah maupun di depan manusia. Lalu……terserah anda !

Oleh: Syarqawi Dhofir
Pondok Pesantren AL-AMIEN Prenduan

Exit mobile version