tutup
ght="300">
Sejarah

Akhir Perjuangan Raja Madura: Ketika Pangeran Cakraningrat IV Ditangkap VOC

×

Akhir Perjuangan Raja Madura: Ketika Pangeran Cakraningrat IV Ditangkap VOC

Sebarkan artikel ini
Contoh Brigantin, Tipe Kapal Voc Yang Mengejar Pangeran Cakraningrat Iv Ke Banjarmasin
Contoh Brigantin, Tipe Kapal VOC yang Mengejar Pangeran Cakraningrat IV ke Banjarmasin


21 Juni 2023

Daghregister 6 November 1745 memberitakan bahwa Raden Jurit alias Pangeran Cakraningrat IV telah menarik diri dari pulau Madura, dan diketahui bahwa beliau dan rombongan segera menuju ke Banjarmasin. 9 hari berikutnya, Madura jatuh ke dalam jurang penjajahan VOC, melalui perjanjian kapitulasi Madura – VOC, 15 November 1745, membelenggu monarkhi, rakyat, dan pulau ini dengan pasal – pasal yang sangat menguntungkan VOC. Langkah berikutnya yang segera diambil oleh VOC ialah, mencari Pangeran Cakraningrat IV, dan “menormalisasi” pemerintahan di Madura. Saat itu, putera dari Pangeran Cakraningrat IV, yakni Raden Tumenggung Suraadiningrat (kelak Panembahan Cakraadiningrat V) meneruskan tahta ayahandanya di Madura.

Dokumen persidangan Pangeran Cakraningrat IV di Batavia, 26 – 27 Juli 1746, poin nomor 42 – 51, mencatat jelas rentetan kronologis rute pelayaran Pangeran Cakraningrat IV serta rombongan ke Banjarmasin, hingga beliau ditangkap VOC di sana. Berdasarkan dokumen tersebut, diketahui bahwa rombongan beliau meninggalkan Madura dengan beberapa perahu dan sebuah kapal EIC (East India Company, perusahaan dagang Inggris) tipe chialoup (bernama Louisa?). Rombongan beliau membawa 70.000 mat Spanyol, 1 pikul emas, ½ pikul perak, satu berlian hijau, 5 berlian besar, 1.000 giwang berlian milik putri beliau, 25 anak kucing, 6 cincin (3 di antaranya bertahtakan berlian), peti berisi pakaian bagus, beberapa kantong obat istri – istri beliau, emas (milik istri – istri beliau), uang, perhiasan, permata, dua tempat tidur bayi, 2 liontin (1 di antaranya bertahtakan berlian), dan emas senilai 400 real.

Armada perahu dan kapal Pangeran Cakraningrat IV pun mulai berlayar. Berdasarkan pemberitaan Inggris tahun 1747, dikabarkan bahwa di perjalanan armada ini sempat bertemu dan dihujani tembakan meriam kapal VOC, untungnya armada beliau berhasil lolos. Rombongan ini pun singgah di Bawean untuk beberapa saat, kemudian melanjutkan pelayaran terus ke utara. Setelah berlayar cukup lama di lautan, mereka pun tiba di Sungai Bentaw (?) yang termasuk di dalam wilayah Kesultanan Banjar, dan disambut oleh utusan Sultan Banjar. Kemudian armada beliau melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai – sungai besar di Kalimantan, hingga pada akhirnya tiba di tepi sungai tepat di ibukota Kesultanan Banjar. Kapal Chialoup EIC ditinggalkan di sungai itu, dan rombongan melanjutkan perjalanan darat menuju istana Sultan Banjar alias Sultan Tamjidullah I.

Rombongan Pangeran Cakraningrat IV pun tiba di istana Banjarmasin, disambut dengan begitu meriah, dan bahkan dilangsungkan pernikahan antara puteri Pangeran Cakraningrat IV dengan Pangeran dari Banjarmasin. Suasana meriah ini tak berlangsung lama, karena 6 atau 7 hari pasca tibanya rombongan beliau di istana Banjar, sebuah kapal perang VOC tipe brigantin bersenjata lengkap, dengan pimpinan bernama Komodor Van Den Burg, tiba di Banjarmasin. Menurut berita Inggris tahun 1747, VOC memang sudah mengetahui bahwa rombongan Pangeran Cakraningrat IV berlayar ke Banjarmasin, oleh karenanya sebuah kapal yang cukup tangguh milik VOC berlayar pula ke Banjarmasin.

Baca juga  Para Panglima dan Pemimpin Pasukan Madura Dalam Perang Trunajaya

Komodor Van Den Burg dan awaknya digambarkan oleh Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS. sebagai “preman”, karena mereka memang melancarkan teror di Banjarmasin secara bertubi – tubi. Mereka meminta kepada gezaghebber (pimpinan orang Eropa setempat) untuk membawakan Pangeran Cakraningrat IV dan rombongannya, namun gezaghebber tersebut menolaknya. Mereka pun berupaya menyogok gezaghebber tersebut dengan 2.000 mat Spanyol, tetapi tetap ditolak olehnya. Merasa gagal, komodor pun bersurat pada Sultan Banjar dengan maksud yang sama, namun Sultan Banjar juga menolaknya, dan memerintahkan agar brigantin VOC ini langsung berlayar saja ke Batavia.

Tak berhenti sampai di situ, gagal melalui diplomasi, brigantin VOC ini membombardir kota Banjarmasin dari tepi sungai dengan begitu ganas. Komodor terus melakukan aksi teror di Banjarmasin sampai apa yang ia inginkan diperolehnya. Merasa bahwa keberadaan beliau telah diketahui VOC, Pangeran Cakraningrat IV bermusyawarah dengan Sultan Banjar. Sultan berencana agar Pangeran Cakraningrat IV dan rombongan akan diberi perlindungan ketat di sebuah pegunungan Kalimantan yang sulit dijangkau, namun beliau keberatan. Beliau memilih untuk mencari perlindungan ke tepi pantai, agaknya karena beliau ingin melanjutkan perjalanan ke Bengkulu. Sultan Banjar pun menyetujui keinginan Pangeran Cakraningrat IV, sehingga Sang Sultan segera mencarikan kapal terbaik EIC yang sedang berlabuh di Banjarmasin.

Sebuah perahu Inggris tipe pinnace terlihat sedang berlayar menyusuri sungai. Diketahui bahwa perahu ini adalah milik Kolonel William Congreve, seorang perwira EIC yang menjadi kapten kapal Onslow. Kapal Onslow merupakan kapal perang EIC tipe East Indiaman, yang merupakan kapal terbesar dan terbaik armada Inggris di dunia timur. Kapal ini dilengkapi persenjataan sejumlah 32 meriam. Setelah menghubungi kapten kapal tersebut, rombongan Pangeran Cakraningrat IV pun diberikan izin untuk berlindung di salah satu kapal terbaik EIC.

Jurnal harian kapal Onslow dan berita Inggris tahun 1747 menggambarkan suasana di dalam kabin kapal Onslow yang begitu bersahabat. Raja Madura, begitulah mereka menuliskan Pangeran Cakraningrat IV, yang disebutkan sudah berusia sepuh, dengan postur tinggi dan tegap, penampilan yang begitu tegas, serta sangat santun berbicara dan berperilaku. Dikabarkan pula bahwa rupanya Raja Madura ini dapat berbahasa Inggris, walau belum begitu baik, dan beliau sudah sangat mengenal Inggris, melalui putera beliau yang sedang di Bengkulu. Pangeran Cakraningrat IV juga dikenal dermawan, beliau membagikan sebagian emas, permata, dan keris dengan gagang bertahtakan berlian kepada awak dan perwira kapal. Seluruh awak dan perwira kapal Onslow digambarkan sangat senang dengan kehadiran Raja Madura yang sangat ramah ini.

Setelah tinggal di kapal Onslow selama 4 atau 5 hari, datanglah kapal brigantin VOC pimpinan Komodor Van Den Burg yang sudah meneror Banjarmasin. Rupanya VOC berhasil mengetahui keberadaan Pangeran Cakraningrat IV di kabin kapal Onslow, melalui beberapa perahu Madura yang masih ada di sekitar kapal East Indiaman EIC ini. Komodor pun meminta Kolonel Congreve untuk menyerahkan Raja Madura, rombongan, dan seluruh bawaannya pada brigantin tersebut, namun Sang Kolonel alias kapten kapal Onslow tetap menolak. Orang – orang Belanda mulai memaksa, Kolonel Congreve pun berusaha menyuap Komodor dengan kuda, 2 senapan besar, 1 tong mesiu dan 2 ekor anjing jenis greyhounds, namun pihak Belanda malah membentak kapten kapal Onslow dan menghimpitnya dengan potongan baja.

Baca juga  Medan Laga Madura Dalam Perang Tahta Jawa II

Pihak VOC memulai aksinya dengan kekerasan, mereka menyergap kapal Onslow secara tiba – tiba. Kolonel Congreve pun berhasil mereka tawan, dan banyak awak kapal Onslow yang gugur akibat penyergapan itu. Di kabin utama, Pangeran Cakraningrat IV dan rombongan bersiap menghadapi segala kemungkinan. Ketika para penyergap masuk ke kabin tersebut, istri – istri Pangeran Cakraningrat IV panik, ada yang melompat ke laut, dan ada pula yang berusaha memanjat kapal hingga ke titik tertinggi, ada pula yang tertembak senapan oleh penyergap. Berita Inggris tahun 1747 pun menggambarkan bahwa Sang Raja Madura begitu murka, menghunuskan keris, dan para penyergap tak ada yang berani mendekat. Lalu muncul seorang pemuda bersenjata pedang dari kelompok penyergap, bertindak nekat menyerang dan berhasil melukai punggung tangan Raja, Sang Raja pun membalasnya dengan keris, sehingga keduanya tersungkur.

Para penyergap mengikat tangan Pangeran Cakraningrat IV dan membawanya ke dalam penjara kapal brigantin VOC. Begitu pula para istri dan pengikut beliau juga turut ditangkap. Kolonel Congreve dilepaskan oleh mereka, dan mereka segera meninggalkan dek kapal Onslow, lalu bersiap berlayar. Bersama sisa – sisa awak kapal Onslow yang selamat, kapten kapal membalaskan “dendam” mereka, dengan menembakkan meriam dari kapal Onslow ke kapal brigantin VOC, namun brigantin itu berhasil lolos dan terus berlayar. Jurnal harian kapal Onslow menggambarkan bahwa setelah tragedi ini, awak kapal Onslow tak dapat menahan air mata karena prihatin terhadap nasib Pangeran Cakraningrat IV. Mereka pun menjadi jarang berbicara satu sama lain selama beberapa hari, perasaan riang dari mereka turut lenyap direngut Komodor Van Den Burg.

Raja Madura, Pangeran Cakraningrat IV dan rombongan dibawa ke Batavia. Beliau diadili pada Juli 1746, dan diputuskan bahwa beliau akan diasingkan ke Kaap de Goede Hoop, Afrika Selatan. Di sisi lain, Gubernur Jenderal Van Imhoff mulai menindak Sultan Banjar, yakni dengan mengirimkan armada bersenjata lengkap untuk membangun benteng VOC di Banjarmasin, dan memaksa Sang Sultan menandatangani perjanjian yang sangat memberatkan pada tahun 1747. Nasib yang tak jauh berbeda juga dialami kapal Onslow, mereka melanjutkan perjalanan ke Tiongkok dengan hanya sedikit muatan dan setelah penguburan massal awak kapal mereka yang gugur.