Oleh: Muhammad Rizki Taufan
Madura, 5 Agustus 2023
Mengenang peristiwa unik di Keraton Surabaya, 17 April 1677
Cara unik Panembahan Maduretna / Pangeran Trunajaya untuk mengelabui utusan – utusan VOC (Saint Martin, Jacob Couper, Encik Alim, Jabar, & Piroe). Bagaimana tidak? Saat para utusan VOC menemui Panembahan Maduretna dengan maksud mengundang beliau untuk berunding dengan Speelman, mereka (utusan VOC) berupaya mengorek informasi terkait Perang Trunajaya. Bukannya mendapatkan jawaban atas undangan Speelman dan pencarian informasi terkait perang besar ini, para utusan VOC ini justru kebingungan, karena selama pembicaraan mereka hanya diberi sajian makanan, dan selebihnya Panembahan Maduretna memainkan diplomasi topi cavalier yang dipakai oleh Saint Martin. Mereka gagal mengarahkan pembicaraan ke arah yang VOC inginkan, melainkan sekedar membahas soal topi ini. Alhasil, para utusan VOC kembali ke kapal mereka dengan tangan kosong.
Benar saja, begitu banyak langkah-langkah unik Panembahan Maduretna / Pangeran Trunajaya dalam menyikapi VOC. Mulanya VOC menanggapi dengan begitu angkuh dan penuh tertawaan, karena menganggap pemimpin besar asal Madura ini lemah dan tidak jelas. Namun keangkuhan mereka justru menggambarkan betapa mereka gagal menafsirkan langkah-langkah Panembahan Maduretna. Berbagai rangkaian “gagal paham” inilah yang mengantarkan VOC masuk ke dalam pancingan rencana strategis Panembahan Maduretna dalam perang besar ini.
Berikut ialah langkah-langkah unik Panembahan Maduretna / Pangeran Trunajaya dalam menyikapi VOC, yang kita sebut saja Diplomasi Topi Cavalier ala Panembahan Maduretna :
– Dari seluruh operasi pantura Jawa (Cirebon – Panarukan) tahun 1676, Panembahan Maduretna menyisakan Kota Jepara yang tidak direbut. Mengapa demikian? Agaknya beliau memberikan umpan pertama, yakni membiarkan Jepara sebagai pangkalan utama armada pantai utara Jawa milik VOC untuk bertindak nantinya, dan hal ini benar-benar terbukti! Ingat: VOC memulai aksinya dalam perang ini dengan memberangkatkan Speelman dan armadanya dari Batavia ke Jepara, dan dari Jepara mereka berkonsolidasi untuk kemudian bergerak ke Surabaya.
– Surat Panembahan Maduretna pada VOC yang diterima di Batavia, 7 November 1676. Sungguh surat yang ambigu. Berisi gertakan pada VOC yang juga sekaligus memancing mereka untuk segera bertindak. Pimpinan VOC di Batavia pun memutuskan bertindak dengan mengirimkan Speelman dan armadanya.
– VOC memulainya dengan perundingan. 4 gelombang utusan yang mereka kirimkan dari Jepara ke Mataram berhasil lancar, sedangkan dengan pihak Panembahan Maduretna mereka gagal mengupayakan perundingan, baik saat Speelman masih di Jepara, atau pun saat ia di Surabaya. Bahkan muncullah skenario topi cavalier ini saat mereka sudah di Surabaya.
– Hampir seluruh bagian kota Surabaya disiapkan kubu pertahanan yang rumit oleh Panembahan Maduretna. Ntah mengapa, Panembahan Maduretna menyisakan daerah Ampel – Kali Pegirian untuk tetap terbuka tanpa pertahanan yang berarti. VOC pun mendaratkan pasukannya di sini. Tentu ini bagian dari rencana unik beliau, bahkan untuk mengolok-olok VOC: “Speelman, Anda tidak jantan dengan mendaratkan pasukan di tempat kami yang tanpa pertahanan”.
– Ketika deklarasi perang digaungkan oleh VOC, pertempuran Surabaya segera dimulai. Benar saja pertempuran ini berlangsung pada 13 Mei 1677. Speelman menganggap kemenangan ini begitu mudah. Bagaimana tidak? Ia berhasil menaklukkan Surabaya hanya dalam waktu 2 jam saja. Apakah tidak mengherankan? Mengingat saat itu nyaris seluruh wilayah kerajaan Mataram ditaklukkan begitu gagahnya oleh pasukan Panembahan Maduretna, namun di Surabaya dikalahkan VOC dengan semudah dan sesingkat itu?
– VOC pun melanjutkan aksinya dengan operasi pembersihan dari Tuban – Madura. Mereka pun melakukannya “dengan mudah”.. Bahkan salah satu kota terkuat di Madura, yakni Arosbaya berhasil mereka taklukkan hanya dalam hitungan jam. Tak heran dalam laporan VOC dan Speelman penuh dengan kesombongan: “pertempuran yang begitu mudah”. Mereka belum sadar kalau semua ini bagian dari pancingan Panembahan Maduretna agar pasukan VOC terfokus di pantai utara Jawa Timur, sedangkan pasukan utama pahlawan besar asal Madura ini tengah menuju ke ibukota Mataram. Sungguh perhitungan yang begitu cermat.
– Semuanya baru terjawab saat Speelman tiba di Kamal, Madura. Di sana ia mendengar berita yang sama sekali tidak bisa dibayangkan semua orang ssbelumnya: “PASUKAN PANEMBAHAN MADURETNA BERHASIL MEREBUT KERATON PLERED”. Speelman pun merasa salah langkah, dan ia pun terdiam, kalah oleh kesombongannya sendiri sehingga gagal menafsirkan langkah strategis lawannya yang begitu unik. Speelman pun segera kembali ke Jepara, sembari menunggu keputusan dari Batavia, mengingat peta militer maupun politik berubah total saat itu.
Rujukan:
Daghregister, 1676
Daghregister, 1677
De Graaf, 1987
De Jonge, 1873
Piroe, 1676
Realia, 1676
Realia, 1677
Sumber gambar: wikimedia