tutup
ght="300">
Berita

Program Kambing Etawa Tak Layak Direalisasikan di Madura

×

Program Kambing Etawa Tak Layak Direalisasikan di Madura

Sebarkan artikel ini
Img 20181112 Wa0011
IMG 20181112 WA0011

BANGKALAN – Pada dasarnya, realisasi program kambing etawa di Bangkalan ditolak masyarakat. Sebab pemeliharaan kambing etawa harus berada di geografis bercuaca dingin. Sementara secara geografis Madura tergolong gersang dan panas.

Analisa dampak kelayakan tersebut, ternyata sudah dilakukan sejumlah kepala desa (kades) di Bangkalan. Bahkan mereka bersepakat, misalkan program tersebut masih terus diperjuangkan pemkab untuk direalisasikan tahun depan, mereka akan menolak. Lantaran tidak ada dampak perkembangbiakan kambing kaligesing itu.

Kades Pakong Kecamatan Modung Syamsul Hadi merupakan satu diantara kades di Bangkalan yang berani unjuk suara. Syamsul mengakui, pemeliharaan kambing etawa di desanya tidak berjalan baik. Meski dipaksakan, hasilnya tidak sebagus kambing etawa di daerah lain. Misalnya Malang dan Pasuruan.

Baca juga  Penerapan Smart City Hanya Terjajaki di Dispendukcapil

“Di Malang, program kambing etawa sangat prospek. Di sana kondisinya strategis, bisa menyesuaikan dengan cuaca,” kata Syamsul kepada taberita.com, Senin (12/11).

Sementara di Madura khususnya di Bangkalan, cuacanya panas dan kondisinya panas. Geografis Madura pada umumnya gersang penuh bebatuan. Pemeliharaan kambing etawa sulit berkembang dengan baik.

Selain itu, imbuh Syamsul, pakan ternak kambing etawa harus dipermentasi. Rumput terlebih dahulu diolah.

“Tidak seperti di Bangkalan, kambing etawa dikasih makan layaknya hewan lain. Ini tidak bagus,” ucapnya.

Syamsul mengungkapkan, pihaknya sering melakukan konsultasi mengenai perawatan kambing etawa. Konsultasi sasarannya dengan sejumlah kades di Malang. Simpulannya bahwa pakan ternak kambing etawa di Bangkalan tidak sebaik di Malang.

Baca juga  Banyak PR Kasus, Polres Bangkalan Dapat Catatan Rapot Merah dari Mahasiswa

Sedikitnya program kambing etawa di ujung barat pulau Madura menelan anggaran sebesar Rp 27.750.000. Perinciannya, diambil dari APBD senilai Rp 13.750.000, dan dari alokasi dana desa (ADD) sebesar Rp10.000.00.

Sayang, hingga saat ini realisasi program kambing etawa di Bangkalan mandek ditengah jalan. Program tersebut tidak progres. Sejumlah masyarakat menyoroti anggaran miliaran itu hanya dijadikan bancakan.

Sehingga maklum, apabila Korp Adhyaksa di Kota Dzikir dan Sholawat itu tengah menyidik beberapa saksi untuk menguatkan beberapa oknum pejabat yang bakal ditetapkan tersangka. Sebab dibalik rencana pelaksanaan program ini, ada eksekutor yang dinilai lalai melakukan anilisis dampak jangka panjangnya. Akibatnya uang negara lenyap dan program tidak terlaksana. (Tia)