Apresiasi sebesar-besarnya saya ucapkan kepada penyelenggara lomba hias kampung Pulau Mandangin, Sampang Madura Jawa Timur. Apresiasi ini tulus saya sampaikan dari lubuk hati yang paling dalam, sebagai bentuk kepedulian saya (meski saya tidak terlibat langsung dalam penyelenggaran ini).
Kerja keras penyelenggara lomba yakni, kepala desa dan karang taruna Bangsacara layak mendapatkan standing applaus dari khalayak masyarakat luas. Pasalnya, kampung-kampung (gang,red) Desa Pulau Mandangin yang dulunya nampak kumuh, banyak sampah-sampah berserakan, dan tidak indah dipandang mata, kini terlihat indah, asri, bersih dan berseni tinggi.
Sekali lagi, saya sebagai penduduk asli pulau tempat leluhur Bangsacara dikebumikan, mengucapkan banyak terima kasih dengan iringan do’a semoga yang Maha Baik membalas kebaikan niat penyelenggara. Amin.
Penyelenggaraan lomba hias kampung bagi saya bernilai positif.
Pertama, penyaluran jiwa seni putra-putri Mandangin terjewantahkan dengan baik dan arif. Kemarin, mereka mencorat-coret tembok rumah-rumah warga dengan bahasa kasar dan provokatif, kini “kerajinan tangan” mereka berujung positif dan kreatif. Slogan spirit kemerdekan dan nasionalisme kini tervisualisasikan di sudut-sudut kampung.
Ada satu kalimat yang menurut saya lahir dari jiwa pemuda, “Revolusi belum selesai!”. Kalimat revolusionis itu begitu jelas terpampang. Selain pesan revolutif di atas, ada lagi pesan spritual, “Kuburan rumahku!”. Kalimat ini mengandung makna spiritual tinggi. Mengingatkan manusia, termasuk saya agar selalu mengingat dimensi ukhrawi. Sebuah kreativitas yang memiliki kejujuran dalam seni.
Kedua, mengurangi perilaku buruk muda-muda kita. Kesibukan mereka membersihkan dan mempersolek kampung, jelas meminimalisir “kebiasaan” mabuk dan perilaku minus mereka
Ketiga, memperjelas batas kampung (territorial), bagan organisatoris, dan mempersatukan elemen masyarakat, menampakkan kekompakan (soliditas), dan tentu saja mengedukasi warga tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan.
Lomba hias kampung merupakan kali pertama diadakan di desa Pulau Mandangin. Tentu dalam pelaksanaannya ada banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dari prosesnya yang mengganggu hak pengguna jalan, seperti memblokade jalan, sehingga mengurangi aktivitas warga yang mengangkut bahan material semisal kayu, karena dikhawatirkan mengenai properti dan atribut lomba hias.
Selain itu aktivitas lomba hias kampung juga berdampak kepada petugas pengangkut sampah yang terpaksa kesulitan akses jalan lantaran adanya penyempitan jalan. Namun, terlepas dari semuanya, kendala-kendala itu laksana duri-duri kecil yang insya Allah mudah diatasi di masa selanjutnya.
Bicara lomba jelas juga bicara sistem penilaian dan dampak pasca lomba. Misal kelengkapan alat kebersihan seperti tong sampah agar dimasukkan dalam kriteria penilaian. Sementara hal itu belum dicantumkan dalam petunjuk teknis (juknis) yang dibuat oleh panitia. Selain itu belum ada kriteria penilaian kerindangan dan lain sebagainya.
Persoalan berikutnya adalah pasca lomba. Sampah dari properti lomba hias kampung yang jumlahnya bejibun. Ini akan menjadi masalah jika tidak dipikirkan secara matang oleh penyelenggara. Jangan sampai setelah gelaran lomba hias kampung ini, sudut-sudut kampung di desa Mandangin kembali kumuh dan penuh dengan tumpukan sampah.
Terakhir, semoga keberadaan lomba hias kampung ini, Desa Pulau Mandangin kecamatan Sampang menjadi desa yang berperadaban. Amin.
Oleh: Holikin Ismail