BANGKALAN – Namanya Paring Bening. Sekarang usianya 11 tahun dan duduk di bangku SD kelas 5 di Kecamatan Burneh-Bangkalan. Dia putri dari pasangan Yayuk dan Mulat.
Biasa dipanggil Bening. Sejak kelas 2 SD dia udah biasa mendaki gunung. Pertama kali dia suka main-main di lereng Gunung Slamet sama ibunya yang hobi identifikasi anggrek hutan. Sekarang Bening sudah pernah mendaki 4 gunung.
Kegiatan Bening ini jelas beda sama anak-anak generasi alpha sekarang yang senengnya cuma mager sama gadgetnya. Gak ke mana-mana, susah disuruh-suruh, gak mau nabung dan sedikit temennya. Anak generasi alpha kurang gaul sama alam.
“Sekarang anaknya semangat banget. Trus nyoba naik pertama kali kelas 4. Gunung Andong. Bukit sih dulunya tapi sekarang dikenal sebagai gunung dengan ketinggian 1726 mdpl,” kata Yayuk, ibun si pendaki cilik itu.
Untuk mendaki gunung ada perlengkapan standard yang harus dipakai dan dibawa. Seperti carrier (tas), sleeping bag, sepatu dan lain-lain untuk safety. Untuk mendapatkan itu semua, Bening nabung. “Kalau gak cukup ngutang ke kita bayar nyicil pakai sisa uang sakunya dari sekolah,” jelas Yayuk.
Di Gunung Boleh Makan Mie Instan
Bening bilang naik gunung itu menyenangkan. “Yang paling menyenangkan saat perjalanan turun kehujanan.
Senang yang lain bisa ada di atas awan, seneng kalau sampai pos pos setelah sekian lama jalan. Seneng makan mie instan, soalnya di rumah sering gak boleh. Dan kalau naiknya bareng teman-teman (sebaya) senengnya berlipat lipat,” ungkap Bening.
Terakhir Bening mendaki Gunung Penanggungan di antara Pasuruan dan Mojokerto. “Yang paling susah adalah kalau harus lewat batu-batu.
Seperti waktu dari pos 4 ke puncak bayangan Gunung Penanggungan,” jelasnya. Sampe sekarang Bening sudah mendaki Gunung Andong, Gunung Welirang, Gunung Lawu lewat jalus Cetho dan Gunung Penanggungan.
“Harapanku. Bening bisa jadi pendaki yang lebih menghormati alam. Karena sekarang kan naik gunung karena trend saja. Untuk kepentingan konten instagram,” lanjut Yayuk mendampingi Bening.
Saat mendaki daan bertemu dengan pendaki lainnya, Bening mulai paham bahwa perlu cukup bekal pengetahuan agar bisa naik gunung dengan aman dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Sekarang Bening selalu berhati-hati karena udah menemukan sendiri konsep ditegur alam. “Bahwa kalau gak berhati-hati dalam berbuat dan ngomong. Bahkan berpikir buruk waktu di gunung pun alam akan menegur,” terang wanita yang juga aktivis lingkungan ini.
Yayuk juga berharap semoga semakin banyak pendaki cilik yang naik gunung dengan cara yang baik
. Biar gede nanti bisa lebih menghormati alam. (dee)