tutup
Opini

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kantin “3S-ToMaT”

×

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kantin “3S-ToMaT”

Sebarkan artikel ini
Img 20181006 Wa0144
IMG 20181006 WA0144

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai-nilai karakter sebagai watak dirinya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan kreatif. Penguatan pendidikan karakter adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan, menguatkan, dan menerapkan berbagai nilai kabaikan melalui proses pendidikan yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan.

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, setiap sekolah pasti mempunyai program penguatan pendidikan karakter yang berbeda-beda. Namun tujuannya tetap sama, yaitu memperbaiki, meningkatkan, dan menguatkan pendidikan karakter bagi seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan dan peserta didiknya).

Img 20240409 Wa0073 Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kantin &Quot;3S-Tomat&Quot;

Sekolah kami juga melakukan penguatan pendidikan karakter melalui kantin 3S-ToMaT. Ini bukan kantin yang biasa anda bayangkan, bukan pula makanan atau minuman yang dijual. Namun kantin 3S-ToMaT adalah istilah yang dibuat khusus oleh pihak sekolah untuk menarik perhatian guru, tenaga kependidikan dan peserta didik.
Kantin 3S-ToMaT adalah sebuah kantin khusus yang merupakan singkatan dari Senyum, Sapa, Salam, Tolong, Maaf, dan Terima Kasih. Ini artinya, semua warga sekolah harus melakukan sikap, perbuatan dan tingkah laku seperti yang diinginkan di atas.

Baca juga  Wujudkan Keamanan Pangan Melalui Higiene Sanitasi Makanan

Berbagai macam sikap, perbuatan, dan tingkah laku yang terdapat pada kantin 3S-ToMaT di atas dilakukan melalui 2 macam prinsip, yaitu (1) pembiasaan, dan (2) keteladanan. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kebaikan. Pembiasaan dapat menumbuhkan kekuatan pada diri peserta didik untuk melakukan aktivitas tanpa paksaan. Namun demikian, pada situasi tertentu strategi pembiasaan melalui cara paksaan dapat dibenarkan. Hal ini karena suatu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, lama kelamaan tidak terasa sebagai paksaan. Selanjutnya akan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam jiwa peserta didik, sehingga menjadi sifat baik yang mendorong lahirnya akhlak atau karakter yang baik pula.
Adapun prinsip keteladanan efektif dilakukan karena fitrah manusia yang lebih kuat dipengaruhi dari melihat contoh di sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk belajar melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Nilai-nilai kebaikan tidak dapat dibentuk hanya melalui instruksi, ucapan serta anjuran semata, tetapi diperlukan langkah pemberian contoh teladan yang nyata dari guru, peserta didik sendiri, dan tenaga kependidikan, serta lingkungan sekitarnya.

Penguatan pendidikan karakter melalui kantin 3S-ToMaT ini dimulai sejak peserta didik mulai memasuki pintu gerbang sekolah. Setiap hari, para guru (1- 5 orang) secara bergantian menunggu peserta didik yang datang ke sekolah. Setiap guru wajib untuk senyum dan menyapa kepada para peserta didik. Begitu pun sebaliknya, para peserta didik harus senyum, menyapa, memberi salam, dan mencium tangan gurunya. Interaksi ini akan membuat ikatan kontak batin yang begitu kuat antara guru dan peserta didik, melatih kedisiplinan guru dan peserta didik, dan melatih keikhlasan guru dan peserta didik. Ini artinya 3S, Senyum, Sapa, dan Salam sudah dimulai di awal masuk sekolah.
Senyum terbukti dapat mengurangi stres dan menambah kawan. Ketika senyum, otot wajah yang dibutuhkan untuk berkontraksi dan berelaksasi ternyata lebih sedikit dibandingkan saat cemberut, yaitu sekitar 17 otot wajah saat tersenyum, dan 43 otot wajah saat cemberut.
Sapa merupakan sebuah penghormatan kita terhadap orang lain. Ketika orang lain kita sapa, mereka merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan menghormati kita, ini berarti sapa akan membawa nilai kebaikan.
Salam terbukti dapat membuat orang lain saling menyayangi. Ketika kita memberikan salam kepada orang lain, maka orang lain akan merasa senang dan merasa diperhatikan.
Saat berada di lingkungan sekolah. maka dilanjutkan pada Tomatnya. Artinya dalam segala kegiatan atau aktivitas di sekolah, baik di luar kelas, dalam kelas, ruang guru, maupun ruang TU. Setiap warga sekolah tidak lupa untuk mengucapkan kata Tolong, Maaf, dan Terima kasih. Kata Tolong dilakukan, jika ingin meminta orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan. Kata Maaf dilakukan, jika ingin berbuat sesuatu yang tidak menyinggung perasaan orang lain. Kata Terima kasih dilakukan, jika sudah ditolong atau dibantu oleh orang lain.
Ketika memohon bantuan kepada orang lain, ucapkan kata tolong. Ketika melakukan kesalahan kepada orang lain, ucapkan kata maaf, dan ketika dibantu oleh orang lain, ucapkan terima kasih. Orang yang terbiasa mengucapkan ketiga kata tersebut adalah orang-orang yang memiliki kepribadian, akhlak dan karakter yang baik. Kata tolong, maaf, dan terima kasih memiliki kekuatan yang luar biasa dalam merekatkan tali silaturrahim dan ikatan persaudaraan, mendekatkan hubungan yang renggang, mencairkan kekakuan komunikasi, bahkan meredakan persengketaan.

Baca juga  Gus Dur dan Madura

Berbagai macam nilai-nilai kebaikan di atas, akan terus dilakukan oleh seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan dan peserta didiknya) selama berada di lingkungan sekolah. Jika hal itu berlangsung secara konsisten, lama, dan berkelanjutan, maka keberhasilan penguatan pendidikan karakter di sekolah kami, Insya Allah akan berhasil. Aamiin.

Oleh: Syaiful Rohman*)

*) Guru SMAN 1 Sampang, Madura