tutup
ght="300">
Kuliner

Wow, Ada Sate Lalat di Pamekasan Madura

×

Wow, Ada Sate Lalat di Pamekasan Madura

Sebarkan artikel ini
Img 20181123 Wa0000
IMG 20181123 WA0000

PAMEKASAN – Bagi para traveler tentunya tidak hanya mengunjungi objek wisata di suatu daerah, tetapi makanan khas, unik dan mengenyangkan juga akan menjadi tujuannya. Bagi anda yang akan jalan-jalan ke Kabupaten Pamekasan atau mungkin sedang berada di Bumi Gerbang Salam itu, anda bisa mencicipi kuliner khas dan unik serta mengenyangkan yang disebut sate lalat.

Meskipun sate lalat bisa dikatakan makanan khas Madura, namun sekarang sudah jarang ditemui di tiga kabupaten lainnya, tetapi kalau di Pamekasan masih cukup banyak warganya yang masih berjualan sate lalat. Makanan tradisional itu masih menjadi salah satu pilihan favorit masyarakat setempat maupun pengunjung dari luar daerah ditengah derasnya persaingan makanan yang berasal dari luar Indonesia.

Di Pamekasan anda bisa menjumpai para pedagang menjajakan sate lalat di kawasan “Sae Salera” di Jalan Niaga, Kecamatan Pamekasan pada malam hari.

Salah satu penjual sate lalat, Muhsin menjelaskan, sate lalat itu tidak dibuat dari lalat, melainkan seperti sate pada umumnya yang bahan dasarnya dari daging sapi, kambing dan ayam, tetapi yang menjadi beda potongannya kecil-kecil, sehingga terlihat seperti lalat.

Setelah daging-daging itu dipotong kecil-kecil menyerupai lalat, lalu ditusukkan ke bambu bulat yang mudah ditemui di pasaran, selanjutnya dibakar diatas bara api hasil pembakaran dari arang kayu.

“Kemudian sate lalat ini dipadukan dengan bumbu kacang dan kecap, yang biasanya dimakan dengan nasi atau lontong tergantung permintaan pembeli,”ujarnya, Kamis (22/11).

Baca juga  Tips Menyimpan Daging di Dalam Kulkas Agar Tahan Lama

Harganyapun sangat terjangkau pembeli cukup membayar Rp 13.000 per satu porsi. Penjual sate lalat yang rata-rata laki-laki itu juga terlihat unik, sebab menggunakan baju adat Madura yaitu kaos belang warna merah-putih dan celana hitam longgar atau yang disebut Pesa’an, bahkan ada sebagian penjual yang melengkapinya dengan ikat kepala berbahan dasar kain yang biasa disebut Odheng. (IP)