Sudah pernah baca nggak? cerita sebuah papan peringatan yang di tahun 2017 sempat viral di media sosial. Papan peringatan yang dipasang di salah satu tikungan tajam di jalanan Papua. Tepatnya di Jalan Poros Jayapura-Wutung, perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.
Papan tersebut sempat bikin heboh, pasalnya di papan itu berisi kalimat imbauan “Jangan mendahului tikungan tajam–Valentino Rossi pernah jatuh di sini” . Lengkap dengan latar belakang foto Tiga pebalap Moto GP dan salah satunya yakni Valentino Rossi sedang terjatuh di tikungan.
Tentu pebalap dunia sekaliber Valentino Rossi asal Italia itu tak pernah memacu motornya di jalanan Papua, apalagi balapan di sana. Itu hanya bentuk kreasi polisi lalu lintas agar para pengendara mengecamkan peringatan itu untuk berhati-hati.
Gampangnya begini, papan itu hendak memberi tahu bahwa Valentino Rossi yang dikenal paling lihai menyalip di tikungan tajam saja bisa terjatuh, apalagi kamu yang tidak terlatih, makanya jangan coba-coba menantang risiko, salip salipan di tikungan, akibatnya bisa menginap di rumah sakit atau gali lubang kuburan.
Kira-kira begitulah seruannya. Jadi dimanapun kamu berjalan dan berada, hati-hati di tikungan dan berhati-hatilah dengan urusan tikung menikung. Fatwa ini tidak hanya berlaku di dunia jalanan. Namun juga berlaku di dunia pekerjaan, dunia perdagangan, dunia permusikan hingga dunia perpolitikan.
Nah, terutama di dunia perpolitikan ini, urusan tikung menikung sudah menjadi isi kehidupannya. Bukan politik namanya jika tanpa tipu muslihat. Tidak ada jalan yang benar-benar lurus di perpolitikan. Jalanan di politik penuh tanjakan dan tikungan. Andai ada jalan yang lurus-lurus saja, maka akan segera dibuatkan tikungannya.