PAMEKASAN – Kesenian tradisional bernama musik daul, menjadi salah satu tontotan favorit masyarakat Madura.
“Semula hanya berupa musik sederhana yang dimainkan para remaja untuk membangunkan orang pada saat menjelang santap sahur di bulan ramadhan,” kata Ketua Dewan Kesenian Pamekasan Widya Pratopo, Jum’at (31/3/2023).
Wid panggilan Widya Pratopo menyampaikan bahwa musik itu hampir serupa dengan musik patrol di Kabupaten Jember dan sekitarnya.
“Perkembangan musik daul tergolong relatif muda, karena muncul sekitar tahun 1980-an, ketika sebuah lembaga di Kabupaten Pamekasan memasyarakatkan musik ini melalui sebuah lomba,” ungkapnya.
Dulu, hanya menggunakan kentongan, dan alat-alat di sekitar yang bisa menimbulkan nada atau suara musik.
“Perlahan instrumen musik ini berkembang dengan menggunakan alat musik tradisional lainnya, sepeti rebana, gendang, saron, dan lainnya,” ucapnya.
Pada umumnya musik daul dimainkan sambil berjalan.”Maka untuk mempermudah penampilan menggunakan gerobak, kalau sekarang menggunakan sasis mobil,” ujarnya.
Adapun lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu daerah, melayu, kasidah, dan lain-lain, baik yang bernada pentatonis atau diatonis.
Teknik permainan alat musik yang digunakan yaitu perpaduan tradisional dengan kontemporer.
Menurutnya, seiring perkembangan zaman, musik daul tidak hanya berfungsi membangunkan orang untuk bersantap sahur, tetapi juga disajikan untuk menyambut tamu, kirab seni budaya, dan bentuk hiburan lainnya.
Dia menambahkan, pertunjukan musik daul ini semakin menarik perhatian masyarakat, karena dikolaborasikan dengan tarian serta dekorasi kereta dorong yang artistik. (wan)