tutup
ght="300">
Opini

Demokrasi Karapan Sapi

×

Demokrasi Karapan Sapi

Sebarkan artikel ini
Img_20180912_154852
IMG_20180912_154852

Ada mantan pemilik Sapi kerapan pernah bercerita, bahwa saat ini kerapan sapi di Madura sudah tidak seperti dulu lagi. Meski tradisi ini masih terabadikan namun sudah banyak berubah. Ajang kerapan sapi sudah bukan sekedar pesta rakyat.

Kerapan sapi sudah berubah menjadi kompetisi. Arena balapan berubah menjadi ajang pertaruhan harga diri. Laju sapi adalah laju gengsi sang pemilik. Para pemilik sapi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemenangan. Mulai dengan cara menyogok joki lawan, menyiksa sapi, menyogok juri, hingga membeli nomor punggung untuk menghindari lawan yang tangguh.

Karapan sapi sudah menampakkan banyak wajah. Satu wajah menampilkan tradisi sedang di sisi lain sejatinya adalah balapan gengsi antar pemilik sapi. Jika sapi menang, bukan hanya harga sapi yang melejit namun juga status sosial (prestise) pemilik sapi menjulang ke langit.

Baca juga  Pengawas Pemilu Lapangan Harus Berani dan Netral

Wajah yang lain juga menampilkan sisi gelapnya. Baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, perjudian juga masih muncul. Pertaruhan besar dilakukan demi sapi yang diidolakan.